Liturgi, khususnya perayaan ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Gereja. Liturgi menjadi kekuatan bagi Gereja dalam menjalani peziarahannya. Dengan demikian, sudah layak dan sepantasnya jika liturgi haruslah sungguh-sungguh dihayati oleh seluruh anggota Gereja. Penghayatan dalam liturgi itu bukan hanya soal rajin mengikuti perayaan ekaristi, melainkan juga bagaimana menjadikan ekaristi sebagai bagian dari hidup itu sendiri.
Memang, harus diakui bahwa tidak seluruh umat mampu sungguh-sungguh memiliki penghayatan terhadap ekaristi. Apalagi bagi anak-anak. Anak-anak pada umumnya masih belum sungguh mengerti mengenai ekaristi. Mereka hanya ke gereja untuk merayakan ekaristi karena ikut orang tua. Akan tetapi, bagaimana membuat mereka mampu memahami ekaristi? Siapa yang bertanggung jawab untuk memberikan pembinaan kepada mereka?
Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak dalam Liturgi
Pedoman Pastoral untuk Misa Anak-anak (Directorium de Missis cum Pueris) yang terbit pada tahun 1973 pada artikel yang ke sepuluh menyatakan bahwa “keluargalah yang memainkan peranan pertama dan terpenting dalam usaha menanamkan nilai-nilai manusiawi dan Kristen itu dalam hati anak-anak. Maka sangat perlu bahwa pendidikan Kristen yang diberikan oleh orang tua dan orang-orang lain dalam keluarga, dibantu serta diarahkan kepada pembinaan liturgi.”
Pedoman
Secara praktis, pembinaan liturgi kepada anak-anak itu dipaparkan demikian, “Ketika anak-anak dibaptis, orang tua mereka dengan bebas menerima tanggung jawab yang berat untuk mengajar anaknya berdoa. Mereka wajib berdoa bersama dengan anaknya setiap hari dan wajib pula membimbing mereka agar dapat berdoa sendiri. Kalau anak-anak dari kecil disiapkan demikian, dan selalu diajak menghadiri misa bersama dengan keluarga bila mereka minta, maka mereka akan lebih mudah ikut bernyanyi dan berdoa bersama dengan umat, bahkan mereka sudah akan sedikit banyak menghayati makna misteri ekaristi.” (Directorium de Missis cum Pueris art.10).
Tanggung jawab yang diemban oleh
Persoalan-persoalan yang Dihadapi
Harus diakui bahwa tidak mudah menanamkan nilai-nilai Kristiani, terutama liturgi kepada anak-anak. Pedoman Pastoral untuk Misa Anak-anak (Directorium de Missis cum Pueris) artikel yang kedua mengatakan bahwa pendidikan iman gerejawi bagi anak-anak itu sangat sukar, karena mereka belum dapat mengambil manfaat sepenuh-penuhnya dari perayaan liturgi, khusunya perayaan ekaristi.
Kesukaran-kesukaran yang dihadapi misalnya timbul dari kecenderungan anak untuk bermain-main ketika perayaan ekaristi.
Sekali lagi,
Kesadaran Orang Tua dalam Membina Anak Berliturgi
Beberapa umat rupanya telah memiliki kesadaran yang cukup baik akan tanggung jawabnya dalam membina anak berliturgi. Sebagai contoh, Bapak Markus, umat
Sedangkan Ibu L. Anjani, juga umat
Pentingnya ekaristi memang perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Beberapa umat sudah memiliki kesadaran ini. “Saya selalu mengatakan kepada anak-anak saya bahwa mengikuti ekaristi, terutama pada hari Minggu, adalah nomor satu. Ekaristi itu penting dan harus diutamakan. Oleh karena itu, pada hari Minggu, anak-anak harus memprioritaskan waktunya untuk ekaristi, baru kemudian untuk kegiatan yang lain.”, demikian kesaksian Ibu Ismari Teguh Prartono, umat Paroki Santo Paulus Nganjuk yang juga Ketua WKRI Cabang Nganjuk ini.
Kiranya adanya kesadaran dari para
Tidak ada komentar:
Posting Komentar