Kamis, 12 November 2009

Analisis Slumdog Millionaire


Pengantar
Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang tersusun dari individu dan kelompok yang beriteraksi secara tetap dan terpola. Masyarakat dapat pula dikatakan sebagai suatu totalitas manusia di muka bumi bersama dengan kulturnya, institusinya, keahliannya, idenya, dan nilai-nilainya. Dari pengertian di atas, masyarakat dapat dipertentangkan dengan individu. Artinya, satu individu belumlah dapat dikatakan sebagai suatu masyarakat, sekalipun masyarakat itu terdiri dari individu-individu.
Setiap masyarakat tentu memiliki identitas yang khas. Identitas tersebut dapat muncul karena adanya interaksi dan sosialisasi di dalam masyarakat tersebut. Setiap masyarakat juga memiliki suatu sistem atau organisasi yang mengakomodasi hubungan antar manusia dalam masyarakat tersebut. Sistem itulah yang disebut dengan struktur sosial . Selain itu, tentu saja di dalam masyarakat itu juga terjadi dinamika. Dinamika yang merupakan suatu gerak perubahan sosial entah ke arah positif maupun sebaliknya.
Salah satu contoh dari masyarakat itu terekam dalam film Slumdog Millionaire. Film ini menampilkan sebagian keadaan masyarakat India yang tersaji melalui liku-liku kehidupan para tokoh yang ada. Dalam film tersebut terdapat serpihan-serpihan data dan nilai yang menggambarkan sebagian kehidupan masyarakat India, terutama mengenai struktur dan dinamika masyarakatnya. Di sini serpihan-serpihan dicoba untuk dikumpulkan.

India sebagai Latar Tempat Film Slumdog Millionaire
Melihat fenomena dan situasi masyarakat India sebagaimana digambarkan dalam setting film Slumdog Millionaire tentu publik akan dibawa pada suatu perubahan pola pikir dan kesadaran baru terhadap situasi yang sebenarnya terjadi di Negara India. Selama ini India dikenal masyarakat luas dari film-film Bollywood yang hampir selalu mengambil latar tempat yang memberi kesan bahwa India adalah suatu surga yang memiliki segala keindahan yang dirindukan semua orang. Karya seni, terlebih musik dan tari, begitu mendarah daging dan mendapat tempat yang istimewa di hati setiap penduduknya, sampai-sampai muncul ungkapan bahwa bangsa India dapat menyelesaikan segala masalahnya dengan menari dan menyanyi. Semua gambaran kemegahan dan kemewahan India dalam Bollywood mendapatkan kontrasnya dalam Slumdog Millionaire.
Latar sosio-masyarakat Slumdog Millionaire merupakan suatu interpretasi yang lebih mendekati keadaan masyarakat India yang sesungguhnya. Persoalan-persoalan kemiskinan, kekerasan akibat konflik antar agama dan kasta serta eksploitasi terhadap anak merupakan suatu persoalan yang sangat identik dengan bangsa India, dalam arti bangsa India telah sejak lama bergulat dengannya. Selain mengundang keprihatinan publik, situasi masyarakat India yang demikian juga menarik untuk menjadi materi studi tentang kemasyarakatan. Oleh karena itu, karya tulis ini merupakan suatu bentuk usaha untuk mengkajinya lebih lanjut, yakni dengan melakukan analisis terhadap dinamika dan struktur masyarakat India berdasarkan film Slumdog Millionaire.

Kompleksitas Persoalan Masyarakat India

Mencermati situasi masyarakat India sebagaimana digambarkan dalam film Slumdog Millionaire, maka dapat ditemukan kompleksitas persoalan yang ada dalam masyarakat India. Sejumlah besar masyarakat yang miskin tinggal dan memadati suatu perkampungan yang benar-benar kumuh. Bisa jadi kemiskinan penduduk dalam skala yang besar ini mengawali munculnya masalah-masalah lainnya, seperti kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial tampak nyata dalam sekuel yang menampilkan beberapa anak kecil sedang berkejaran dengan pamong praja. Ketika berlari menyusuri gang-gang sempit di perkampungan kumuh, di ujung jalan mereka menabrak sebuah mobil milik seorang kaya. Kehadiran orang kaya bermobil itu sangat kontras dengan situasi yang terjadi di perkampungan kumuh yang miskin itu. Ada suatu kesenjangan yang tampak dalam sekuel ini.
Munculnya perkampungan kumuh yang juga merupakan tanda kemiskinan masyarakat bisa jadi muncul akibat dinamika dan pola pikir masyarakat India itu sendiri. Orang-orang India pada umumnya berkumpul di kota besar untuk mencari pekerjaan . Hal ini tentu saja mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk. Selanjutnya dapat dipastikan munculnya berbagai persoalan, seperti lalu lintas yang tidak teratur atau kriminalitas. Selain itu, juga secara otomatis akan memunculkan pemukiman di pinggiran kota (slum) yang biasanya kumuh.
Perkampungan kumuh itu dapat dilihat dari penataannya yang tidak teratur. Selain itu, juga material bangunan yang tidak memadai dan kesadaran akan kesehatan serta kualitas fasilitas-fasilitas penunjang hidup yang rendah. Sebagai contoh adalah ditampilkannya toilet umum yang dibangun dengan material seadanya dan mungkin sangat tidak memenuhi standar kesehatan. Selain itu, ditampilkan pula suasana ruang kelas yang sangat tidak kondusif untuk belajar. Ruangannya sempit, pengap, dan dipenuhi oleh anak-anak yang sedang belajar. Bahkan ada anak yang harus duduk di lantai.
Situasi kemiskinan dan kepadatan penduduk dalam perkampungan kumuh ini tentu berdampak serius bagi masyarakatnya, terutama anak-anak. Oleh karena kemiskinan dan padatnya perumahan kumuh itu, mereka kehilangan haknya sebagai seorang anak yang sedang dalam proses perkembangan. Salah satu contoh adalah bahwa mereka kehilangan hak untuk bermain bersama dengan teman-temannya. Keterbatasan tempat bermain membuat mereka pada akhirnya kerap dikejar-kejar pamong praja.
Selain itu, kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat India menjadikan anak-anak sebagai objek kekerasan dan menjadi semacam alat pencetak uang bagi orang-orang yang bermaksud jahat. Realitas ini tampak dalam sekuel ketika seorang laki-laki mengumpulkan banyak anak dan menjadikannya cacat sehingga menarik simpati banyak orang ketika mereka turun ke jalan-jalan untuk mengemis. Kerasnya “pendidikan” yang diterima dari lingkungan tempat tinggal mereka mau-tidak mau pasti turut andil dalam pembentukan karakter seorang anak. Ketika seorang anak dididik dan dibesarkan dalam lingkungan yang keras maka anak itu atau akan belajar menghadapi kekerasan itu atau justru dirinya sendiri akan tumbuh menjadi seorang yang kasar. Tokoh Salim mewakili produk seorang anak yang dididik dan dibesarkan dalam situasi semacam ini.
Masalah lain terkait dengan situasi masyarakat India adalah mengenai struktur masyarakatnya. Seperti yang telah diketahui publik bahwa bangsa India merupakan salah satu dari sekian bangsa yang masih menjaga adanya hirarki masyarakat yang berdasarkan kasta. Ini merupakan salah satu budaya yang tidak mudah luntur oleh modernisasi sekalipun. Isu kasta ini dapat dikatakan sebagai ide dasar dari seluruh kisah ironis dari film Slumdog Millionaire. Kecurigaan dan aneka tuduhan lengkap dengan berbagai macam siksaan dilancarkan kepada Jamal hanya karena dia adalah seorang “slumdog” yang bisa mencapai angka sangat tinggi dalam kuis Who Wants to Be a Millionaire, bahkan melebihi angka yang diperoleh “orang-orang jenius” yang pernah mengikuti kuis ini.
Memang persoalan kasta tidak secara gamblang diungkapkan dalam film tersebut, meskipun demikian kekerasan yang dialami oleh Jamal ini dapat menjadi suatu indikasi bahwa kasta telah menyunat banyak bagian dari hak-hak yang seharusnya bisa dimiliki oleh setiap manusia. Oleh karena kasta, hak untuk menjadi “jenius” seakan dimonopoli oleh kelompok kasta tertentu. Kelompok kasta yang lebih tinggi memiliki “hak paten” atas beberapa hak azasi manusia sehingga yang lebih rendah tidak akan pernah boleh memperolehnya. Inilah ironi suatu masyarakat yang strukturnya didirikan atas budaya kasta. Isu mengenai penegakkan HAM akan menemui kesulitan dalam setiap upayanya dan tentunya peluang bagi pelanggaran serta penyimpangannya akan semakin banyak mendapat celah.
Barang kali perubahan nasib yang dialami oleh Jamal dapat juga ditafsirkan sebagai suatu dinamika masyarakat India. Jamal yang semula adalah anak miskin yang tinggal di perkampungan kumuh setelah melalui suatu proses dalam hidupnya berubah menjadi pemuda kaya. Kiranya hal yang sama terjadi dalam masyarakat India itu sendiri. Misalnya ditunjukkan dalam adegan ketika Jamal bertemu dengan Salim untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Pada saat itu pertemuan terjadi di suatu gedung bertingkat yang sedang dibangun. Juga kemudian ditampilkan panorama gedung pencakar langit yang telah menggusur perkampungan kumuh. Kiranya pemandangan itu merupakan tanda geliat kemajuan perekonomian sebagian masyarakat India.

Penutup
Slumdog Millionaire merupakan film yang berusaha menonjolkan realitas masyarakat India, khususnya Mumbay. Memang apa yang dapat terekam dalam film ini hanyalah sebagian kecil saja dari keadaan sebenarnya. Meskipun demikian, serpihan-serpihan realitas masyarakat India yang ditampilkan dalam film ini kiranya telah cukup untuk dijadikan bahan belajar mengenai dinamika dan struktur suatu masyarakat tertentu.
Melihat film Slumdog Millionaire ini barang kali akan membuka mata para pemirsanya akan kerasnya kehidupan. Anak-anak yang hidup di daerah kumuh rupanya harus berhadapan dengan kemiskinan dan kekerasan. Mereka telah kehilangan masa kecilnya yang bahagia. Mereka mungkin juga kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendidikan serta segala fasilitas yang memadai bagi hidup mereka.
Dari keadaan tersebut dapat diajukan pertanyaan, bila mereka tumbuh dalam masyarakat yang miskin dan keras, lalu masyarakat macam apa yang akan mereka bentuk nantinya? Sangat mungkin bahwa mereka akan membentuk masyarakat yang sama pula. Akan tetapi, akan tetap ada peluang untuk suatu perubahan atau dinamika masyarakat ke arah yang positif. Sekali lagi, film Slumdog Millionaire ini turut membuka mata pemirsanya untuk peka akan realitas sosial yang terjadi di sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar